Wara-Wiri dan perjalanannya.
Sebelumnya mungkin kalian pada bingung apa itu Wara-Wiri, ya
betul, gua juga bingung si.
Tapi, gua kesulitan mencari kata
untuk nama grup kecil yang berdiri sejak pertengahan 2022 ini wkwk. Awalnya
namanya Java Trip, tapi jadi agak aneh karena kali ini jalan-jalan yang bakal
gua tuangkan di blog ini tidak berhubungan dengan Pulau Jawa. Jadi, memang
sebenarnya, seharusnya, dan sebisanya sebelum postingan Bengkulu Trip ini
diterbitkan ada sebuah post mengenai Java Trip. Karena udah kelamaan dan gua
udah mulai melupakan hal-hal detail di dalamnya, jadi gua membuat keputusan
untuk menunda tulisan itu dan menulis Bengkulu Trip karena masih cukup fresh
untuk diingat. Jadi, untuk membahas siapa itu Wara-Wiri, kenapa bisa ada,
kayanya akan lebih cocok kalau suatu saat gua bikin postingan khusus (kalau
tidak mager pastinya).
Oke, setelah intro yang cukup
lama (dan kaga jelas juga sebenarnya) mari kita mulai cerita mengenai Bengkulu
Trip ini.
Cerita diawali dengan keisengan gua? Dengan jelinya melihat
hari-hari terjepit yang bisa dimanfaatkan untuk sedikit mencari hiburan dari
pekerjaan yang cukup melelahkan wkwkw. Ga deng, gua juga lupa kenapa tiba-tiba
ide ke Bengkulu ini ada. Kayanya sih, gara-gara waktu itu sering maen sama Yuk
Cak (nama orang) terus ngobrolin buat ngajak maen Dwi (nama orang – teman kami waktu SMP dan SMA yang
jarang maen bareng), karena Dwi ini kalau pulang ke kampung selalu lupa buat kami ajakin maen. Nah, setelah
diusut ternyata Dwi ini sedang berada di Bengkulu untuk mengerjakan beberapa
pekerjaan pasca ia lulus sarjana farmasi di Universitas Bengkulu. Berawal dari
iseng, akhirnya tercetuslah ide buat main ke Bengkulu. Mengingat Dwi ini akan
segera pergi dari Bengkulu (udah kelar urusan dianya), akhirnya satsetsatset
nentuin tanggal, ngajakin orang-orang, akhirnya berangkat.
Sebenarnya ga sesimpel itu. Tapi,
gua bingung banget gimana mau menjelaskannya.
Inti kejadiannya kira-kira kaya
gini:
- Arif menghubungi Dwi untuk bertanya kabar dan keadaan;
- Dwi menjawab sedang berada di Bengkulu;
- Arif dan Dwi intens saling berkirim pesan dan menghasilkan beberapa kesimpulan (Dwi berada di Bengkulu sampai pertengahan bulan, Dwi gabut, Dwi ada pacar yang juga gabut, pacar Dwi ada rumah untuk tempat tinggal kalau mau liburan ke Bengkulu, dan Dwi sangat senang kalau ada yang mau main ke Bengkulu);
- Setelah mendapat kesimpulan yang cukup menggiurkan, Arif berinisiatif untuk mengajak Yuk Cak, Memet, dan Mbak Ragil pergi liburan ke Bengkulu pada pertengahan bulan;
- Yuk Cak, Memet, dan Mbak Ragil menyambut dengan antusias (terpaksa tapi penasaran);
- Arif menyusun rencana akomodasi dsbnya bersama Dwi;
- Akhirnya pergi ke Bengkulu.
Kurang lebih seperti itu, kalau
masih ga paham, telepon aja lah. DM gua di instagram juga bisa, biar gua
jelasin. Tapi, hal ini juga ga penting sebenarnya (dahlah).
Oke, mari kita mulai petualangan
kita.
*H-1 Keberangkatan*
Hari ini merupakan hari yang
cukup mengesalkan, mengapa seperti itu. Karena disaat Gua, Yuk Cak, dan Mbak
Ragil sudah jelas bisa berangkat dan mendapatkan izin. Memet belum izin
sehingga tidak tahu apakah diizinkan oleh orangtuanya atau tidak. Kesal sekali,
tapi karena sudah hafal dan sudah tidak berekspektasi apa-apa, jadinya ya udah
gitu. Mengingat peluang Memet diizinkan adalah 100%, gua dan yang lain mencoba
membeli beberapa makanan dan kebutuhan lainnya selama di jalan seperti tisue,
obat-obatan, dan hal lainnya. Alhamdulillah, di detik-detik terakhir Memet
mengabarkan bahwa Ia sudah pamit dan diberi izin.
Setelah itu masalah belum
selesai, karena belum tahu berangkat ke Bengkulunya akan naik apa. Pilihan saat
itu ada 2, bawa mobil gua apa Memet, saat itu pilihan utamanya adalah mobil Memet,
karena bangkunya ada 6 sedangkan mobil gua cuma 4. Mengapa bangku mobil ini penting, karena kami
memang berangkat dari Muaradua Cuma ber 4, tapi sesampainya di Bengkulu kami
akan menambah 2 personil yaitu Dwi dan pacarnya, jadi mobil dengan bangku 6
akan sangat menghemat biaya selama kami di sana (karena ga perlu bawa 2 mobil
dsbnya). Lagi-lagi Memet belum pamit kalau mau bawa mobil dan kali ini peluang
untuk membawa mobil Memet adalah 50%. Jadi, ya udah, lagi-lagi kami tidak mau
berekspektasi.
*H1 (Berangkat)*
Hari pertama diagendakan dengan keberangkatan
pukul 07.00 pagi. Asumsi kami berangkat di waktu tersebut yaitu untuk mencegah
tiba di Bengkulu terlalu malam. Mengingat hasil survei melalui google maps,
membutuhkan waktu sekitar 10 jam hingga tiba di Kota Bengkulu (dari titik
keberangkatan kami Kab. OKU Selatan). Dengan banyak drama, Memet akhirnya
mengabarkan bahwa ia diperbolehkan untuk membawa mobil. Walaupun berangkat
dengan waktu yang cukup telat, kami akhirnya berangkat dari Kota Muaradua
menuju Bengkulu dengan jalur yang akan ditempuh yaitu Muaradua – Ranau – Krui –
Manna – Berbagai Kota di Pesisir Bengkulu – Bengkulu Kota (alias gua ga hafal
jalur lengkapnya wkwkw).
Oh iya, sebelum kami memutuskan untuk melewati
jalur ini, sebenarnya terdapat beberapa alternatif jalur, antara lain jalur
Sungai Are – Muara Sahung, Jalur Lahat – Lubuk Linggau, dan satu jalur lagi
(gua lupa), tapi karena kami berangkat cukup santai dan memutuskan untuk
melihat pemandangan pantai sepanjang jalan, akhirnya kami mengambil jalur ini
(dengan konsekuensi waktu tempuh yang cukup lama).
Setelah menempuh 2 jam perjalanan, akhirnya kami
tiba di daerah Kota Liwa (Lampung), kami memutuskan untuk membeli sarapan di
sana (karena kami belum makan). Sarapannya cukup tenang karena kami sedang
berada di daerah yang cukup dingin. Kami membeli sarapan nasi uduk dan lontong.
Setelah sarapan kami melanjutkan perjalanan menuju Kota Bengkulu. Sepanjang
perjalanan, kami melewati berbagai vegetasi dan ekosistem (biar istilah anak
kehutanannya ga ilang hehe) seperti hutan pegunungan (daerah TNBBS), hutan
dataran rendah, sawah, sampai pantai. Kami juga sempat menemui beruk di daerah
TNBBS.
Mengingat perjalanan ke Kota Bengkulu memakan
waktu yang cukup lama, kami memutuskan untuk menyinggahi beberapa pantai.
Keputusan ini diambil karena kalau kami tidak menyinggahi pantai maka kami akan
tiba di malam hari (tidak ada kegiatan dan langsung istirahat), sedangkan kalau
kami menyinggahi beberapa pantai maka kami akan tetap tiba di malam hari
(sekalian capekla kalau bisa dibilang). Adapun pantai yang kami rencanakan
untuk dikunjungi yaitu Pantai Linau, Pantai Sekunyit, dan Pantai Sungai Suci.
Namun, karena kendala waktu akhirnya kami hanya mengunjungi Pantai Linau dan
Pantai Sekunyit. Pun, Pantai Sekunyit yang kami kunjungi sepertinya bukan
merupakan Pantai Sekunyit yang seharusnya kami kunjungi (alias ada dua Pantai
Sekunyit di Bengkulu).
Kami makan siang di perjalanan, gua lupa, kalau
ga salah daerah Manna. Setelah menempuh perjalanan beratus kilo, akhirnya kami
tiba di Kota Bengkulu dan langsung menuju rumah Pacarnya Dwi. Kebetulan
Pacarnya Dwi ini merupakan orang Palembang (masih satu bahasalah sama kami),
dan saat ini sedang berkuliah di Universitas Bengkulu. Namanya Afif, Afif ini
menyewa sebuah rumah dengan 2 kamar dan fasilitas lainnya yang cukup luas.
Tentu ini sangat menyenangkan bagi kami, karena kami tidak perlu mengeluarkan
biaya untuk penginapan (gratis tis tis hehe). Malam itu mereka menyambut kami
dengan makan malam. Setelah makan, kami beristirahat untuk melanjutkan
perjalanan di esok hari. Pada malam itu juga kami melakukan diskusi singkat
terkait perjalanan kami selama di Bengkulu, dimulai dari wisata yang akan
dikunjungi, sistem makan, dan sebagainya. Setelah semuanya selesai kami
benar-benar terlelap karena menempuh perjalanan yang sangat jauh (Shoutout to
my brother, the one and only, Memet, yang pasti capek nyetir, tapi ga mau minta
gantian. Ya gua juga ga mau capek-capek nawarin hehe).
*H2, Drama Perjalanan Menuju Rejang Lebong*
Seharusnya, H2 ini diawali dengan perjalanan
menuju Trip Pulau Tikus, tapi, karena cuacanya ga mendukung dan member open
tripnya kurang, jadi pihak open tripnya meniadakan keberangkatan gaes (untung
udah dikabarin dari sebelumnya sih). Hasil diskusi kami semalam juga sepakat
untuk mengubah rute perjalanan dengan mendahulukan perjalanan ke arah Bengkulu
Utara (perbatasan Sumsel) dan explore Kota Bengkulu serta Pulau Tikus di
hari-hari berikutnya. Nah, semalam itu ada lagi dramanya, jadi si Afif (Pacar
Dwi) tiba-tiba pamit kan buat nginep di rumah temennya (kami numpang, eh dia
malah numpang) buat menyelesaikan beberapa pekerjaanlah. Sedangkan, hari ini,
seharusnya kami berangkat ba’da Subuh, mengingat kami mengincar sunrise di
Kebun Teh Kebawetan. Karena, Afif jauh dari kami, dan semalam beliau hanya
berpesan seperti ini “Eh, Gua belum pasti ikut ya, takut kesiangan, kalau
kesiangan kalian langsung aja gapapa”.
Tebak yang terjadi pada Hari kedua ini? Ya,
benar. Kesiangan, wajar sih, karena perjalanan kami cukup jauh pada hari
sebelumnya. Setelah drama kami kesiangan, ditambah lagi dengan drama Afif yang
tidak bisa dihubungi mengenai kepastian keberangkatannya. Hadehhh, situasi yang
sangat tidak ramah bagi saya yang cukup moody hehe. Alhamdulillah ternyata Afif
bisa segera dihubungi dan kami lalu menjemput doi dan berangkat menuju daerah
Curup (salah satu daerah di Bengkulu). Memang kami berangkat cukup siang, namun
karena perjalanannya cukup santai akhirnya kami bisa tiba di Kebun Teh
Kebawetan di waktu yang masih pagi (oh iya, sebelum menuju lokasi ini, kami
menyempatkan diri untuk sarapan).
Ya, walaupun kami tiba di sana cukup pagi, tapi
kami belum berjodoh dengan sunrise gaes, yang kami dapatkan hanyalah embun dan
kabut yang menutupi hamparan kebun teh yang luas itu. Cukup menyedihkan, tapi kami
tidak bisa berekspektasi apapun terhadap cuaca yang ada di Indonesia wkwkwk. Setelah
cukup puas mengambil beberapa foto dan konten di kebun teh, kami melanjutkan
perjalanan menuju Curug, Curug ini kami pilih karena rutenya yang tidak terlalu
jauh dari tujuan kami sebelumnya, dan tujuan kami berikutnya. Perjalanan menuju
Curug melewati jalan yang cukup sempit, setibanya di Curug kami langsung
berfoto dan meninggalkan Curug tersebut. Hal ini karena memang Curug ini hanya
tambahan destinasi sebelum kami menuju destinasi berikutnya yaitu Air Panas
Suban.
Setelah menempuh perjalanan tambahan sekitar
1,5 jam akhirnya kami tiba di lokasi berikutnya yaitu Air Panas Suban, kawasan
ini merupakan wisata Air Panas, namun selain itu terdapat pula wisata Air
Terjun. Sebagai kaum muda dengan fisik jompo, menikmati wisata berendam di air
panas dan merelaksasi otot dan pikiran tentu menjadi hal yang sangat
menyenangkan. Pengunjung pada hari ini juga cukup sepi, sehingga kami cukup
puas dalam mengeksplor berbagai keindahan wisata ini. Gua dan Memet juga sempat
mengunjungi Air Terjun yang ada di kawasan ini. Kami tiba di lokasi ini sekitar
Pukul 14.00 dan menghabiskan waktu sekitar 2-2,5 jam di sini.
Setelah puas menikmati wisata Air Panas Suban,
kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Seyogyanya kami melanjutkan
perjalanan ke Danau Harun Mas Bastari (kalau tidak salah nama danaunya ini),
tapi, setelah kami lihat melalui google maps. Mengunjungi Danau ini berarti
memperjauh perjalanan pulang kami nantinya dan akan membuat kami tiba di rumah
saat tengah malam (mengingat besok masih ada perjalanan lainnya) kami
memutuskan untuk menuju arah pulang dan singgah ke Liku 9 (salah satu destinasi
wisata di Bengkulu) di perjalanan pulang nantinya. Namun, rencana Allah memang
sangat indah. Dalam perjalanan pulang, kami menemukan informasi bahwa terdapat
bunga Rafflesia yang sedang mekar, dengan senang hati kami akhirnya singgah dan
dapat menyaksikan bunga tersebut mekar pada habitat aslinya. Setelah
mendokumentasikan pengalaman yang cukup berharga ini, kami melanjutkan
perjalanan menuju Liku 9, sesampainya di sana kami menikmati pemandangan indah
berupa hamparan alam sembari menikmati kopi yang kami beri di Warkop. Tentu
kami tidak berlama-lama dan segera pulang untuk mempersiapkan fisik di hari
esok.
*H3 (Wisata Sejarah)*
Seharusnya hari ini kami menuju Pulau Tikus,
tapi karena hari ini adalah hari Jum’at kami memutuskan untuk mengubah rute
perjalanan kami dengan mendahulukan perjalanan di dalam kota terlebih dahulu. Karena
ibadah adalah hal yang utama ya ges ya (anjayyy). Untuk perjalanan hari ketiga
kami menetapkan destinasi yaitu Pulau Kumayan, Wisata Sejarah (Rumah Bung
Karno, Rumah Ibu Fatmawati, Benteng Marlborough), dan Danau Gedang.
Perjalanan kami awali dengan sarapan di rumah
(oh iya selama perjalanan di Bengkulu, sarapan kami selalu di rumah dan masak
sendiri-dimasakin Dwi sih). Setelah sarapan selesai, kami melanjutkan
perjalanan ke Pulau Kumayan. Walaupun nama tempat ini Pulau namun bukan berarti
kawasan ini terpisah dari daratan utama ya ges. Tapi memang berupa danau kecil
yang ditumbuhi tanaman Pulai (kalau ga salah), kata masyarakat setempat airnya
ini dari luapan danau dendam tak sudah eh apa dari laut langsung ya. Ga tau
deh, lupa wkwk. Wisatanya cukup unik gaes, jadi seolah-olah ada di kawasan
mangrove, ntar liat fotonya aja deh.
Setelah membuat berbagai konten dan mengeskplor
kawasan wisata ini, kami melanjutkan perjalanan menuju Wisata Sejarah, namun
sebelumnya kami singgah di Masjid yang kami lalui untuk melaksanakan shalat Jum’at.
Setelah itu kami mencari makan siang dan melanjutkan perjalanan menuju Rumh
Bung Karno, Rumah Bu Fatmawati, serta Benteng Marlborough. Perjalanan sejarah
ini cukup bagus untuk edukasi mengenai sejarah Indonesia yang berkaitan dengan Kota
Bengkulu. Sayangnya di destinasi Benteng Marlborough kami sudah kesorean,
sehingga tidak ada ruang yang bisa dimasuki.
Setelah selesai berwisata sejarah, kami melanjutkan
perjalanan menuju Danau Gedang. Kawasan wisata ini berada di Bengkulu Utara dan
kami menuju Danau ini untuk menghabiskan waktu sore hari sembari menunggu
matahari terbenam. Kawasan Wisata ini sangat bagus dan merupakan pilihan yang
sangat pas. Cuaca yang tidak terlalu panas (karena sudah sore dan langit
bersahabat) juga menambah kenikmatan tersendiri saat kami tiba di tempat ini. Satu-satunya
kekurangan tempat ini yaitu tidak ada akses untuk toilet (entah memang tidak
ada, apa kami yang kurang jeli melihatnya). Tapi, itu bukan masalah besar
terutama bagi kami para lelaki hehe.
Setelah cukup malam dan selesai membuat
berbagai konten, kami akhirnya pulang ke rumah dan beristirahat karena puncak
perjalanan kami adalah esok hari. Tidak lain dan tidak bukan berwisata ke Pulau
Tikus.
*H4 – Terakhir*
Tibalah perjalanan ini di hari terakhir wkwkwk.
Kalau lagi jalan-jalan kaya gini, gua paling ga suka sama hari terakhir, karena
move on dari jalan-jalan itu bisa seminggu lebih cuy wkwk. Alias gua kepikiran
dan jadi berantakan moodnya wkwkwk. Tapi, karena ini hari terakhir jadi gua
harus senang. Hari ini kami memulai perjalanan cukup pagi, karena kami mengikuti
jadwal open trip. Otomatis kaga bisa telat karena bisa ditingal wkwk. Hari ini
juga kami kedatangan member baru yaitu teman Dwi dan pacarnya (Jomblo nyimak
saja).
Perjalanan dimulai dengan menaiki perahu menuju
Pulau Tikus. Perjalanan ini memakan waktu sekitar 30-45 menit dengan kondisi
ombak yang cukup besar. Alhamdulillah perjalanan lancar sampai kami tiba di
Pulau Tikus. Sampai detik ini gua belum mendapat informasi mengapa pulau ini
dinamakan Pulau Tikus. Hipotesisnya ada beberapa antara lain karena pulau ini
kecil, karena pulau ini dulunya banyak tikus, atau karena bentuknya seperti
tikus. Tapi, hipotesis kalau dulunya pulau ini banyak tikus cukup kuat sih, mengingat
di lokasi ini banyak tanaman mengkudu (yang katanya bisa mengusir tikus wkwk). Tapi,
ya ga tau dah wkwk.
Pulau ini memiliki ukuran sangat kecil, mungkin
hanya ½ lapangan bola (CMIIW), saat kami tiba di pulau ini, pemandu wisata
menyarankan untuk menghemat air, karena air tawar di pulau ini sedang sedikit. Oh
iya, bagi teman-teman yang mau ke Pulau Tikus teman-teman bisa ikut open trip juga
ya, untuk instagramnya itu teman-teman cari saja “Wisatapulautikus_3Putra”.
Sesampainya di Pulau Tikus kami bersantai sembari
menikmati secangkir teh/kopi yang disediakan di tempat ini. Kami juga memakan snack
yang telah kami sediakan sebelumnya. Tidak lupa kami berkenalan dengan beberapa
orang peserta open trip lainnya. Setelah makan siang kami dipersilakan untuk
mengambil perlengkapan snorkeling. Kamipun segera mengambil perlengkapan snorkeling
dan mendengar arahan dari pemandu. Setelahnya kami langsung diarahkan menuju lokasi
snorkeling. Sayangnya Mbak Ragil tidak terlalu menyukai wisata air, sehingga doi
hanya menunggu di bawah pohon kelapa (alias ga tau dia ngapain, karena kami
asik di dalam laut). Oh iya kami mendapatkan kesempatan untuk berfoto di 2 spot
di dalam laut, ya cukup memuaskanlah. Setelah selesai melakukan snorkeling kami
membersihkan diri dan bersiap untuk kembali ke Kota Bengkulu.
Sesampainya di Kota Bengkulu kami mandi dan
menyusun rencana perjalanan berikutnya. Mengingat hari ini merupakan hari
terakhir di Kota Bengkulu, tentu kami tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk
berwisata di tempat ini. Rencana awal kami seharusnya mengunjungi Pantai Panjang.
Namun, keinginan kami menjadi hilang karena telah seharian bermain di pantai. Kamipun
memutuskan untuk mencari kuliner viral di tiktok yang ada di sepanjang jalan
Pantai Panjang. Setelahnya kami memutuskan untuk mengunjungi Festival
Tabut/Tabot. Jadi festival ini merupakan salah satu festival tahunan di Kota
Bengkulu dalam rangka memperingati tahun baru islam. Kegiatannya berupa
penampilan dari berbagai daerah/sanggar dan pasar malam. Kamipun sempat
menonton sebuah penampilan dan memutuskan untuk menaiki salah satu wahana di
pasar malam. Setelah kelelahan kami menuju destinasi lainnya yaitu sate taichan
di Kota Bengkulu (konsep lokasinya cukup mirip dengan pusat kuliner di daerah
Yogya/Bandung/Kota lainnya) yang memanfaatkan trotoar jalan.
Setelahnya kami pulang ke rumah karena harus
menyiapkan perjalanan panjang untuk pulang esok hari.
*H5 – Pulang*
Karena cukup lelah, kami bangun cukup siang dan
jauh dari target awal (targetnya bangun pagi supaya tiba di Muaradua tidak
terlalu malam). Sungguh bahagianya hati, karena pagi ini kami disuguhkan
sarapan makanan laut dari Dwi dan Pacar wkwkwk. Alhamdulillah sebagai bentuk
syukur karena doi baru saja lulus seleksi untuk melanjutkan sekolah di Profesi
Apoteker. Sarapan yang cukup berkesan karena terdapat kabar bahagia namun cukup
campur aduk karena ini merupakan hari terakhir kami berada di Bengkulu. Setelah
meringkasi barang yang kami bawa, kamipun berpamitan dan langsung menuju Muaradua
untuk melanjutkan aktivitas kami sebagaimana mestinya.
Jalur pulang yang kami ambil berbeda dengan jalur pergi, karena kami mencoba jalur Muara Sahung – Sungai Are yang berdasarkan informasi google maps memotong perjalanan hingga 2 jam. Tentu ini menjadi opsi yang baik mengingat dapat menghemat waktu dan bensin hehe. Namun, tentu ada tantangannya. Karena perjalanan kali ini harus melewati jalan tanah berbatu sejauh 4 Km. Tidak cukup banyak cerita selama perjalanan pulang, karena memang energi kami (tidak termasuk gua) sudah cukup habis, sehingga kami hanya fokus menikmati perjalanan. Perjalanan kami juga dihiasi dengan jalan yang cukup sempit, hujan, serta kawasan hutan minim pemukiman. Alhamdulillah perjalanan ini cukup lancar hingga kami tiba di Kota Muaradua. Kami tiba sekitar Pukul 21.00 dan memutuskan untuk makan malam bersama untuk menghabiskan sisa uang yang kami miliki. Setelah itu kami langsung pulang ke rumah masing-masing dan melanjutkan aktivitas seperti biasa.
*Penutup*
Ya, jadi itu dia cerita perjalanan Bengkulu
Trip ini. Perjalanan ini merupakan akhir dari perjalanan kami (untuk saat ini).
Kami memutuskan untuk menjalani kehidupan yang lebih baik dan akan melanjutkan perjalanan
ini kembali (suatu hari nanti, saat semuanya sudah lebih baik). Alias kami
harus nabung untuk keperluan lain dulu ges, hehehe. Semoga kedepannya kami bisa
mewujudkan perjalanan lainnya, entah bersama grup yang sama atau dengan orang
lain.
Perjalanan bersama Wara-Wiri cukup berkesan
bagi gua pribadi, karena teman-teman gua merupakan orang yang pasif, penurut,
sabar, dan gas aja. Hal ini sangat cocok untuk menambal sifat egois, pemaksa, dan
banyak maunya seperti gua WKWKWK. Hasilnya? Selama perjalanan kami tidak mengalami
cekcok yang berarti. Cukup sedih, karena perjalanan ini harus berhenti untuk sementara.
Tapi, kehidupan harus terus berjalan, dan sudah saatnya kami memikirkan hal
lain selain jalan-jalan.
Pesan gua untuk teman-teman semua, kalau masih
bisa, ayo segerakan main bersama teman-teman kalian. Momen itu kaga datang
dengan sendirinya cuy, tapi harus dibuat. Jujur kadang capek sih kalau harus
ngajakin tiap main, kalau gua ga ngajakin ga ada yang ngajakin duluan. Tapi,
kalau gua ga kaya gitu, mungkin gua akan menyesal karena ga pernah punya momen
sama sekali hehe. Dahlah, pokoknya kalau udah bahas manusia dan hubungan sesamanya
gua udah males. WKWKWK. Pokoknya kalau kalian udah punya penghasilan sendiri,
ga ada salahnya untuk meluangkan sebagian dari itu untuk membuat momen bareng
teman-teman, entah itu jalan-jalan atau sekadar makan bareng. Masalah izin kan
bisa manfaatkan jatah cuti hehehe.
Ya udah deh, gitu aja.
Niatnya sih abis ini gua akan melanjutkan
tulisan Wara-Wiri edisi Java Trip dan mengenalkan siapa itu Wara-Wiri. Semoga gua
ga mager deh ya.
Semoga yang membaca tulisan ini bisa senang
dengan isinya, ya walaupun gua nulisnya semau gua dan kadang tidak informatif. Ya
sesuai headline blognya (curhat dan diary online berkedok blog).
kalian bisa baca post gua lainnya juga ya
Btw seharusnya blog ini gua lengkapi dengan foto-foto selama kami liburan, tapi gua lagi males milihin fotonya. Jadi nanti gua update ya kapan-kapan. Terima Kasih.
0 comments:
Posting Komentar